Yah, berhubung selesai exam jadinya otakku bisa diarahkan utk mikir yg berat2 dikit..hahaha.. baru2 ini tmnku ada yg nanya "eh, sebenarnya kamu pernah gak sih berpikir hidup itu untuk apa?"
Sbg org yg hobinya adalah mikir, yah jelas aku pernah mikir itu, kl g slh pas aku smp... gara2 pertanyaan tmnku itu aku jadi meninjau ulang gmn pendapatku terhadap "HIDUP" berubah seiring tambah byk yg aku ketahui.
kl dulu sih, aku senang aja HIDUP, gak mikir tujuannya (ya otomatis krn aku senang,jadi gak mikir. org kalo dikasih kado kan gak nanya2 "loh kenapa aku dikasih kado?" kl nanya2 gitu sih, ambil aja lagi kadonya!)
bisa diblg yg memacu aku utk HIDUP itu rasa ingin tahu ku - ingin tahu apa2 yg terjadi di alam, knp ada hujan, ada pelangi,ada gempa, ada tanaman, knp ini hijau dan itu merah, ini panas dan itu dingin (... yah, sementara buat sebagian org HIDUP itu cuma bertahan utk tidak MATI, aku menghargai HIDUP krn buatku itu adalah satu kesempatan utk "membaca" dunia ini. (emg rasa ingin tau ini sampe skrg adalah yg menyelamatkan aku dari rasa bosan..mknya aku selalu berharap di surga ada perpustakaan super gede,n Yesus ngasih aku kerjaan di perpus itu. ngelap2 lemari bukuny jg gpp deh...satu hari di perpus surgawi,lebih baik daripada seribu hari di tempat lain...)
Di salah satu buku favoritku, novel "Supernova" karangan Dee, ditulis begini:
"cinta adalah mengalami," ulang Dhimas lebih mantap. "Bukankah itu inti semuanya? Mengapa ada hidup, mengapa kita mati, mengapa kita jatuh cinta, berkeluarga, beranak-pinak, mengapa ada ini dan itu... semuanya adalah pengalaman. Ingin mengalami adalah hasrat yang paling dasar."
Sejenak keduanya membisu. Terbungkus momen yang tak terkatakan.
Perlahan Dhimas berkata, "Sesuatu yang agung dan substansial ingin mengalami, dan jadilah ini semua. Ia mengalami melalui kita, Ruben."
Aku setuju kl diblg bhw HIDUP itu ingin mengalami. Manusia bertahan hidup krn ingin mengalami satu detik lagi, satu menit lagi, satu jam lagi, satu tahun lagi. Sebaliknya, orang2 yg HIDUPnya penuh pengalaman2 buruk jadinya ingin MATI, krn mereka enggak pingin MENGALAMI lagi.
Setelah aku bertemu Tuhan, aku tidak lagi HIDUP, tapi aku HIDUP! krn HIDUP yang tadinya hanya suatu kesenangan, skrg jadi punya tujuan. Krn pertanyaan2 ku skrg jadi punya jawaban. (sebaliknya muncul pertanyaan2 baru, tp aku yakin Dia akan menjawabnya saat nanti kami bertemu.) Krn dari mengagumi Alam, skrg aku bisa mengagumi sang Pencipta Alam. Kalau tadinya aku ingin tahu ttg apa saja selain manusia (maklum asalnya aku org asosial..), skrg aku terpesona melihat gimana Tuhan bisa bekerja lewat kebetulan2, yg seharusnya disebut keajaiban, sehingga dunia ini bergerak terus maju dan punya jalan cerita. Aku nggak habis pikir - dunia yg isinya miliaran manusia, dan Tuhan menempatkan mereka semua seperti potongan jigsaw puzzle, tiap manusia (dari yg miliaran itu loh!) punya tempat sendiri, perencanaan sendiri. Kalau aku HIDUP cuma utk terus menyaksikan gmn Tuhan bekerja,baik dlm hidupku atau hidup org lain, utk makin kenal Dia dan makin mengagumi Dia,itu saja aku udah cukup puas krn aku HIDUP.
Di sisi lain, mungkin ada juga org yg HIDUP karena merasa TIDAK BOLEH MATI. Krn bunuh diri itu dosa. Krn takut mati. Krn terlalu byk rantai tanggung jawab yg mengikat mereka ke dunia ini, sehingga HIDUP dijalani seperti masa hukuman. Rasa ingin tahuku membuat aku penasaran kenapa org bisa mikir seperti itu, situasi apa yg menyebabkan mereka begitu (Ya tp aku takut kualat terus sikap optimis dan kemampuanku utk melihat dunia dari mata seorang anak kecil diambil Tuhan, trus aku bkl bersikap seperti itu..ugh..)
HIDUP ya...semoga aku selalu bisa menganggap HIDUP itu karunia terindah yg Tuhan berikan. HIDUP adalah kesempatan.
No comments:
Post a Comment