"Poyan..."
"Ada apa, De?"
"Bagaimana kita bisa tahu kapan waktunya untuk menyerah, dan kapan waktunya untuk bertahan?"
Mendengar pertanyaan Luhde, Pak Wayan berbailk. "Poyan juga tidak pernah tahu," jawabnya lugas.
"Dulu, poyan memutuskan untuk menyerah, membiarkan ibunya Keenan memilih orang lain. Kapan poyan merasa bahwa itulah keputusan yang tepat?"
"De, sejujurnya, apakah itu menyerah, atau justru bertahan.. Poyan tidak pernah tahu. Bahkan sampai hari ini. Apakah ini menyerah namanya? Barangkali betul begitu. Tapi dalam apa yang disebut menyerah, poyan terus bertahan. Poyan tidak tahu. Tapi hidup yang tahu."
No comments:
Post a Comment