(Catatan: blogpost dihasilkan dari analisa terhadap diri sendiri maupun berbagai subjek, akan tetapi harap diketahui tidak ada Homo Sapiens yang dirugikan, apalagi disakiti, dalam proses analisa.)
Punya teman orang yang romantis? Atau merasa diri sendiri orang yang romantis? Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas orang-orang yang romantis akut, alias orang-orang yang sangking romantisnya memutuskan untuk menunggu sampai menemukan satu orang, dan hanya satu orang, yang untuk seterusnya akan dicinta, dipuja, dan of course, dikawinin.
Sebenarnya, pandangan seperti ini cukup menguntungkan, selain jelas-jelas secara finansial (apalagi buat yang cowoknya), juga secara mental dan emosional,bahkan mungkin religius. Tapi seringkali, orang2 romantis akut ini punya satu penyakit, yaitu kadang-kadang tidak sabar menunggu yang namanya cinta datang, dan akhirnya malah memaksakan diri suka pada orang lain.
Adalah kepribadian orang-orang romantis untuk memuja dan mencinta, makanya mereka hampir pasti punya kecenderungan kuat untuk ingin sekali menyayangi orang lain. Biasanya para romantiswan dan romantiswati yang sudah cukup lama menunggu untuk bertemu dengan "The One" paling tidak punya waktu mem-formulasi kriteria2 orang seperti apa yang mereka inginkan, dan begitu bertemu orang yang sedikit-sedikit memiliki kriteria yang diinginkan..wah... jiwa romantisnya langsung mencuat ke permukaan. Akibatnya mereka merasa "Iya, iya, aku harusnya suka sama orang ini, wah kayaknya orang ini nih." Sad to say, tapi seringkali orang2 romantis jatuh cinta pada cinta itu sendiri, pada kesempatan untuk mencintai orang dalam hidupnya.
Nah tau kan, kalau orang jatuh cinta (atau merasa jatuh cinta) itu, matanya jadi katarak gitu. Yang kulitnya hitam legam dibilang sawo mateng, yang sawo mateng berubah kuning langsat, yang kuning langsat jadi putih berseri...you get the idea.. *disclaimer: saya tidak mendiskriminasikan orang2 berkulit hitam legam. Ini hanyalah contoh kasus.*
Padahal logikanya menunggu hanya untuk satu orang itu apa? Adalah supaya bisa bener2 menyayangi satu orang saja, kalau sudah 100% yakin orang itulah yang tepat untuk menjadi pasangan hidup. Mengendalikan lidah adalah sulit, tapi lebih sulit lagi mengendalikan perasaan kalau sudah tercampur expectations, pada masa2nya terserang hormonal imbalance. Perlu usaha ekstra untuk membulatkan tekad dan memusatkan pikiran: "Pokoknya tunggu orang yang tepat! Titik!" apalagi kalau ketemu cowok yang senyumnya dahsyat nan menggoyang iman.... *kenangan masa lalu...aih gak penting banget!!!!*
Pikir-pikir, posisi para manusia romantis tapi jomblo ini mirip dengan peneliti. Mereka sedang meneliti sejenis virus bernama "cinta", menganalisanya dari berbagai segi, berusaha mengerti, memahami, tapi ya itulah, peranan mereka sebatas peneliti, yang cuma bisa mengamati objek penelitiannya dari balik mikroskop. Padahal mereka setengah mati ingin terinfeksi oleh virus yang mereka teliti, tapi setiap saat juga ada keraguan, "Apa ini saat yang tepat untuk meng-inokulasi diri sendiri?"
Moral: jadi orang romantis itu susah. Jadi orang romantis DAN jomblo itu perjuangan. Selamat berjuang, saudara-saudara!
No comments:
Post a Comment